DELIMA SANTRI

Terinspirasi dari sebuah kisah Buah Delima dan Santri yang taat dengan kejujurannya




Seorang pemuda berjalan menyusuri sungai. Tiba-tiba iamelihat buah delima (satu riwayat: Apel) yang hanyut terbawa air sungai. Ia ambil buah itu dan tanpa pikir panjang langsung memakannya. Ketika ia sudah menghabiskan setengah buah delima itu, baru terpikir olehnya, apakah yang dimakannya itu halal? Buah delima yang dimakan itu bukan miliknya. Sipemuda berhenti makan. Ia kemudian berjalan ke arah yang berlawanan dengan aliran sungai, mencari dimana ada pohon delima.

Sampailah ia di bawah pohon delima yang lebat buahnya, persis di pinggir sungai. Dia yakin, buah yang dimakannya jatuh dari pohon ini.
Sipemuda lantas mencari tahu siapa pemilik pohon delima itu, dan bertemulah dia dengan sang pemilik, seorang lelaki setengah baya. “Saya telah memakan buah delima anda. Apakah ini halal buat saya? Apakah anda mengihlaskannya?” kata si pemuda.
Orang tua itu, terdiam sebentar, lalu menatap tajam. “Tidak semudah itu. Kamu harus bekerja menjaga dan membersihkan kebun saya selama sebulan tanpa gaji,” katanya kepada si pemuda.
Demi memelihara perutnya dari makanan yang ia anggap tidak halal, si pemuda pun langsung menyanggupinya. Setelah sebulan, ia lalu menemui pemilik kebun. “Tuan, saya sudah menjaga dan membersihkan kebun anda selama sebulan. Apakah tuan sudah menghalalkan delima yang sudah aku makan?” “Tidak bisa ! ada satu syarat lagi, Kamu harus menikahi putri saya; Seorang gadis buta, tuli, bisu dan lumpuh.”
si pemuda terdiam, Tak kuasa menolak persyaratan itu. Ia pun dinikahkan dengan gadis yang disebutkan. Pemilik menikahkan sendiri anak gadisnya dengan disaksikan beberapa orang, tanpa perantara penghulu.
Setelah akad nikah berlangsung, pemilik kebun memerintahkan Idris menemui putrinya di kamarnya. Ternyata, bukan gadis buta, tulis, bisu dan lumpuh yang ditemui seperti yang dikatakan pemilik kebun, tapi seorang gadis cantik yang nyaris sempurna. Si pemuda balik lagi dan menemui pemilik kebun "maaf pak,gadis yang kutemui bukan yang anda sebutkan ciri-cirinya, ia tak buta tidak tuli dan bisu serta lumpuh." protes si pemuda. Sang pemilik kebun tersenyum,iapun menjelaskan :" yang aku maksud ialah buta dari zina mata , tuli dari mendengar sifat tercelabisu dari kata-kata kotor dan lumpuh dari jalan maksiat. Jadi sekarang temuilah dan ia sepenuhnya milikmu".
Tidak rela melepas si pemuda begitu saja; Seorang pemuda yang jujur dan menjaga diri dari makanan yang tidak halal. Ia ambil sipemuda itu sebagai menantu, yang kelak memberinya cucu bernama Muhammad bin Idris As-Syafi'i, seorang ulama besar, guru dan panutan bagi jutaan kaum muslimin didunia.
Nasab beliau : Muhammad bin Idris bin Abbas bin Ustman bin Syaafi' bin Saa ib bin 'Ubaid bin Yazid bin Hasyim bin Abdul Mutholib bin 'Abdi Manaf. Imam syafi'i nasabnya bertemu dengan Nabi saw di 'Abdi manaf,jadi beliau bukan keturunan Nabi saw.
Itulah sekelumit cerita seorang yang wira'i dalam menjaga makanan agar dalam darahnya tak secuilpun bercampur barang haram.

https://www.facebook.com/groups/delimasantri/?fref=ts